Sebenarnya, apa sih artinya “Enterpreneurial University”? In my mind, enterpreneurial university artinya universitas yang memberdayakan potensinya untuk menjadi maju dan mandiri. Maju, artinya terus lebih baik dari sebelumnya. sedangkan mandiri, artinya dapat melakukan kegiatan sendiri tanpa harus bergantung pada yang lain. Nah, kira-kira apakah yang dapat dilakukan oleh kita sebagai civitas Universitas Brawijaya (UB) agar dapat menjadi enterpreneurial university yang saya maksud ini? eits, jangan lupa ada world classnya= kelas dunia. berarti standardnya dunia internasional. bagi saya, nanti dulu bicara internasional, nasional sajalah dulu. Ibarat kata ini sebuah jurnal atau semacam tulisan ilmiah, masalah bahasanya hal mudah, sekarang ada banyak trans tool yang dapat digunakan, yang penting itu adalah idenya.
Coba kita lihat, potensi apa yang ada pada kita (UB)? lihat profile UB. Wow, luar biasa! Bagi saya, UB sangat potensial. ada 12 Fakultas, 1.482 Dosen dengan 179 Guru Besar, 30.605 Mahasiswa belum lagi jumlah staf dan pegawai informal lainnya. Dengan segini banyaknya anggota, believe me, we are not alone! We can do it! Masalah kita adalah, kita tidak terhubung satu sama lain (we are not connecting) dan kita tidak saling bicara (we are not talking each other). Ketika Pak Rektor bicara visi dan misi UB, He is only talking to himself begitu juga para Dekan di fakultas masing-masing, they are talking to themselves! tidak lebih. Tidak ada yang salah dengan Pak Rektor dan para Dekan mereka selalu berusaha sampaikan dan mengajak, tapi tidak sampai ‘membakar’. kata-kata visi dan misi, seolah hanya kebutuhan pak Rektor dan para Dekan. Pak Rektor dan para bapak/ibu dekan, hayo dong ekspresif! Matanya Bicara! (seperti iklan) Teriakkan dengan lantang! bakar semangat dosen, staf dan mahasiswa! ayo kita maju bersama! Tularkan antusiasmu! Bila perlu seminggu sekali atau sebulan sekali, kumpulkan kami di lapangan rektorat, pidatolah di sana! teriakkan dengan lantang kita mau apa!
Sebab, tiap hari anggota civitas UB yang terdiri dari dosen, staf dan mahasiswa itu berangkat menuju kampus, di dalam kepala masing-masing ada banyak “isi” pikiran yang berbeda-beda. ada yang memikirkan anak-anaknya tidak ada yang menjaga di rumah, ada yang pikirkan bagaimana caranya dapat duit tambahan, ada yang pikirkan gimana bisa punya rumah dengan harga terjangkau tapi punya halaman luas, ada yang pikirkan adik ipar yang mau married dah butuh uang pinjaman, ada yang pikirkan gimana taklukkan hati si pujaan, ada yang mikir kapan dapat transferan uang kos dari ortu, pokoknya macam-macam.. karena itu, mari satukan persepsi mengenai tugas kita masing-masing. Take a part! and do our best!
Kita punya 12 fakultas dan beberapa Program: Hukum, Ekonomi, Ilmu Administrasi, Pertanian, Peternakan, Teknik, Kedokteran, Perikanan dan ilmu Kelautan, MIPA, Teknologi Pertanian, Ilmu Sosial dan Politik, Ilmu Budaya, Kedokteran Hewan, Pasca Sarjana, Vokasi dan PTIIK. Masing-masing fakultas mempunyai peran yang bisa sebagai “enterpreneur” ke dalam dan ke luar.
Ke dalam: Hitunglah, kira-kira ada berapa banyak kebutuhan kita di dalam UB itu sendiri? baik kebutuhan universitas sampai kepada kebutuhan fakultas secara sendiri-sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mengapa tidak libatkan bagian diri UB itu sendiri? tapi dengan syarat transparan, demokratis dan menjunjung tinggi profesionalisme. Contohnya, saya sebagai dosen hukum agraria dan anggota Pusat Pengembangan Hukum Agraria (PPHA FH-UB) bersama anggota lainnya tentu akan siap bila universitas atau fakultas-fakultas lainnya membutuhkan bantuan konsultasi hukum di bidang Agraria atau Pertanahan seperti pengadaan tanah untuk perluasan areal kampus atau mekanisme hukum pada penataan ruang kampus dan sebagainya. Kegiatan ini bisa dalam bentuk hubungan kerja profesional atau masuk menjadi salah satu kewajiban kami sebagai sebagai dosen yaitu pengabdian masyarakat dalam tri dharma perguruan tinggi. Contoh lainnya, Fakultas Pertanian butuh areal pertanian sebagai laborariumnya sehingga butuh lahan pertanian pangan misalnya. Maka, saya, yang interest terhadap masalah Hak Atas Tanah Pertanian, InsyaAllah mau kok terlibat dalam hal perolehan dan pengadaan tanahnya.. why not? sekalian belajar. (hihihi, sekalian promosi diri).
Ke Luar: Tidak usah jauh-jauh, kota Malang saja. Bacalah, berapa macam kebutuhan kota malang? Contoh soal, warga Malang khususnya menengah ke bawah butuh tempat tinggal. Idealnya, status hukum tanah dan bangunan jelas, biaya bahan dan bangunan murah, fungsional dan indah di pandang mata. Masalah status hukum tanah dan bangunan, sekali lagi, InsyaAllah kami bisa bantu, (khusus menengah ke bawah, hitung saja Pengabdian masyarakat dengan modal Surat Tugas dari dekan, tapi kalau untuk menengah ke atas, boleh lah di hitung per-jam, hehehe). Lalu masalah rancangan bangunan dengan biaya murah, fungsional dan indah di pandang mata, siapakah ahlinya? tentu saudara-saudara kita dari teknik arsitektur. Kalau sudah di tangan seorang arsitek, semestinya rumah karduspun jadi bagus. Jadi kenapa tidak kita berdayakan?
Namun, untuk bisa Pede (percaya diri), ungkapkan interest seperti yang baru saja saya lakukan, I am so sure, saat ini, tidak semua dosen bahkan guru besar, staf dan mahasiswa dapat lakukan itu. Kenyataannya, banyak dari kita belum selesai dengan diri kita sendiri. We still don’t know what we want to be, where we will go and what to do. Karena itu, UB butuh lembaga semacam BK (Bimbingan Konseling/Karir) seperti yang ada di sekolah-sekolah jaman SMA dulu bukan seperti bagian kepegawaian yang urusi kepangkatan dan jabatan fungsional, tapi lebih kepada pendalaman minat, bakat dan pilihan-pilihan dalam membina karir. Sebab, bisa jadi saat ini ada banyak mahasiswa bahkan dosennya sendiri yang merasa “terjebak dan tersesat”, they are lost! and deep down their heart always trying to say “Somebody, Help me!”
Intinya, untuk menuju A world Class Enterpreneur University, ada 3 (tiga) hal yang harus kita lakukan: pertama, burning-out diri kita dalam satu tujuan bersama melalui pidato-pidato bersemangat oleh pimpinan UB mulai dari rektor hingga para dekannya apa yang disebut dengan “membumikan visi dan misi UB”. Kedua, Pahami potensi kebutuhan dalam dan luar UB, berdayakan diri and take a part on it! dan ketiga, adakan suatu lembaga semacam BK dan itu gratis…
Dari apa yang saya tuturkan ini, adalah sebagian langkah kecil bersama kita. Mari terus berusaha, berdoa dan Yakin Usaha Sampai. Wallahualam.